"Kenapa kenapa kenapa?" Sebuah pertanyaan ku pada keadaan


Aku tak tau lagi apa yang harus ku perbuat rasanya otak ini sudah benar-benar buntu untuk memikirkan jalan keluarnya. Merenung tanpa ada penyelesaiannya ku rasa itu hanya akan membuang-buang waktu. Masalah ini datang dari keluargaku, aku bernama nanae di keluargaku ini aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Aku masih memiliki keluarga yang utuh. Tetapi aku tak pernah merasakan klau keluargaku itu benar-benar utuh. Semua itu bermula dari ayahku yang bernama ryo. Ayahku itu setiap hari bisanya hanya marah-marah dan marah. Terlebih lagi kalau kita tak pernah mengikuti semua aturannya. Salah satu contoh nya ketika mencuci baju, waktu itu kebetulan aku yang mencuci, ya selayaknya orang mencuci menggunakan air deterjen sikat dan ember. Ketika aku sedang asyik mencuci, terdengar suara langkah kaki, dengan reflek aku memalingkan wajahku dan melihat ayah sedang berjalan menghampiriku. Pada saat itu perasaanku sudah merasakan bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi, dan ternyata benar, ayahku memarahi ku atas cara mencuciku yang menurut pandangan ayahku salah. Ayahku sebenarnya punya cara tersendiri untuk mencuci dan semua orang di kehidupannya mau tidak mau harus mengikutinya. Pada saat itu aku sudah cukup bersabar. Dengan nada meninggi ayah berbicara pada ku "kamu salah itu, harusnya dari semalam kamu sudah rendam itu baju, lalu kamu pisahkan mana baju yang luntur mana yg tidak, dan juga mana dalaman, itu semua harus di pisahkan agar mudah mencucinya, dan satu lagi ember ini khusus untuk pewangi dan yang ini untuk membilas. " saat itu aku hanya bisa terdiam dan menahan air mataku. Aku sesungguhnya tak pernah memahami jalan pikir ayahku. Dia orangnya terlalu perfectsionis. Pada akhirnya aku meninggalkan cucian dan berkata pada ayah "dari pada aku melakukan ini dan di mata ayah salah, lebih baik aku tidak usah mencuci". 
Ayah pun menjawab "kamu tuh gak pinter-pinter ya!! aduh-aduh". Dengan sigap aku berlari menaiki tangga menuju kamarku. Aku selalu bertanya-tanya "kenapa kenapa dan kenapa ayah ku seperti itu?.". Tetapi tak ada satupun yang bisa menjawabnya.. kecuali diriku sendiri. Jadi pada saat itu aku sedang ada kelas salah satu mata kuliah. Ketika itu dosen memberikan suatu tayangan dan ketika aku menontonnya aku menyadari bahwa karakter di dalam film tersebut mirip sekali dengan ayahku. Dan ketika selesai mennonton dosen meminta muridnya untuk mendiagnosis subjek tersebut, akupun ingat tentang materi dalam mata kuliah lainnya yang membahas tentang itu. Aku pun mulai menuliskannya di kertas. Saat itu aku terkaget-kaget. Karena walaupun selama ini aku menghindar jawaban dari pertanyaan ku  mengenai "kenapa..kenapa.. ayahku seperti itu?.. ternyata jawabannya tetaplah seperti apa yang pertama kali aku temukan . Aku selalu berharap bahwa jawaban itu salah. Akan tetapi aku sekarang sudah tidak bisa mengelak lagi dari jawaban itu. Aku masih tak terima dengan jawaban itu. Terlebih lagi terselip pertanyaan dari dosen "jika kalian mempunyai ayah seperti dalam film tersebut apakah kalian mau menerimanya?" . Rasanya mendengar pertanyaan itu, hatiku bagaikan di sayat-sayat samurai, rasanya sakit sekali. Aku binggung harus menjawab dengan jujur, atu sebaliknya. Akhirnya aku memilih jalan tengahnya untuk menjawab "karena saat ini aku sudah berada dalam ranah yg salah satunya membahas masalah tersebut, ya saya dapat menerimanya." Selama ini aku menutup mata dan hatiku mengenai hal tersebut, pada akhirnya mata dan hati ini terbuka juga. Dan akhirnya untuk saat ini menjadi jelas. Apakah mungkin aku akan menggelontarkan pertanyaan yang sama di waktu yang berbeda dan menemukan jawaban lainnya dari pertanyaan yang aku pertanyakan? Dan itu akan sampai kapan?" Hanya tuhan yang tau.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BEAST - Kimi wa dou?

Arashi Biografi

New Dorama: Mioka