Perkembangan Anak


Perkembangan Bicara

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Psikologi dan Internet.  Tema yang kami pilih adalah “Tahap Perkembangan Bicara Pada Bayi”.

            .Adapun tujuan kami menulis karangan ini adalah untuk mengetahui latar belakang masalah. Kami harap tulisan ini bermanfaat dan dapat menambah informasi.
           
            Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan pihak – pihak yang telah membantu menyusun karangan ini. Walaupun sebenarnya selama dalam pembuatan karangan ini kami mengalami banyak hambatan, seperti susahnya mencari objek untuk di wawancarai, mencari bahan – bahan informasi, dan sebagainya.

            Kami menyadari bahwa karangan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ini. Akhir kata kami ucapkan semoga karangan ini dapat bermanfaat.



Depok, 13 November  2010


     Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
1.2 PERUMUSAN MASALAH.

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Berbicara merupakan sarana berkomunikasi, untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, semua individu harus dapat menguasai dua fungsi yang berbeda, kemampuan menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan oleh orang lain dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti. Kemampuan berbicara memenuhi kebutuhan penting lainnya dalam kehidupan anak, yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Walaupun dengan cara yang lain mereka mungkin mampu berkomunikasi dengan anggota kelompok sosial, sebelum mereka mampu berbicara dengan anggota kelompok, peran mereka dalam kelompok tersebut akan sangat kecil.
Seperti halnya dengan permasalahan yang lainnya masalah perkembangan berbicara anak memerlukan penanganan yang cukup serius, dalam hal ini peranan orang tua (ibu) sebagai orang yang lebih dekat dengan anak dituntut peranannya secara maksimal dalam memberikan stimulasi perkembangan terhadap anak. Jika anak telah lahir, maka rangsangan harus disesuaikan dengan usianya, yang paling baik adalah dengan menimang bayi meskipun bayi belum bisa apa-apa rangsangan harus tetap diteruskan, adanya rangsangan secara kontinue akan merangsang otak anak untuk menerima informasi dari lingkungan sekitarnya. Bayi yang baru lahir mampu melokalisir suara dengan menoleh ke kanan dan kiri ke arah asal suara. Adapun dampak yang akan ditimbulkan jika perkembangan berbicara anak terhambat yaitu hubungan sosial anak akan terhambat juga dan hal yang ini berpengaruh pula terhadap penyesuaian sosial anak, dan jenis penyesuaian sosial anak akan mempengaruhi terhadap penyesuaian pribadi anak (Hurlock, 1996).Banyak  jumlah ibu yang mempunyai anak usia 12 – 15 bulan sebanyak 25 orang dan yang mengalami keterlambatan bicara sebanyak 11 anak. Kesulitan berkomunikasi dan berbicara pada anak merupakan masalah yang banyak dikeluhkan oleh para orang tua. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya peran aktif keluarga dalam memberi rangsangan kata-kata, kekurangan rangsangan inilah yang jarang disadari oleh orang tua.


1.2 PERUMUSAN MASALAH.

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana peran orangtua dalam tahap tumbuh kembang bicara anak?
2. Tahapan perkembangan wicara anak?












BAB II
PEMBAHASAN
Dari interaksi sehari-hari, bayi punya bermacam cara untuk mengekspresikan diri. Salah satunya, “bicara” lewat tangisan atau suara-suara yang bikin gemas. Untuk bisa “ngobrol” dengan bayi, Anda harus ingat prinsip 2R (recognize dan responds).

Recognize atau kenali isyarat si bayi. Tanya pada diri sendiri, “Kira-kira bayiku mau ngomong apa ya lewat matanya, mimiknya, gerak tubuhnya, atau suaranya?”
Responds atau tanggapi selalu isyarat komunikasi bayi. Jadi jangan pernah lupa, “Si kecil ingin ngomong sesuatu, tuh.”

Supaya Anda bisa memberikan respons yang tepat, paling tidak ketahui dulu tahapan-tahapan kemampuan “bicara” bayi. Dengan begitu, Anda makin peka menangkap pesan-pesannya.

BARU LAHIR: MENANGIS

Menangis adalah “percakapan sosial” pertama sang bayi. Tangisan di bulan pertama terdengar monoton, baik ketika ia lapar, sakit, ataupun merasa tak nyaman. Melalui tangisan, bayi berinteraksi dengan lingkungan. Ia tengah berkomunikasi untuk menyampaikan kebutuhannya kepada orang lain.

Sebaliknya, dengan menangis si kecil belajar, setiap tangisan ternyata punya makna tersendiri. Penggunaannya berbeda-beda dan bisa ditangkap maksudnya oleh orang lain.

1-4 BULAN: BAHASA TUBUH DAN SUARA VOKAL (smiling, cooing)

Sampai usia 4 bulan, bayi masih banyak berkomunikasi dengan cara menangis. Namun di usia 1,5 bulan si kecil mulai memunculkan tangis yang berbeda-beda. Tangisannya tidak lagi monoton seperti ketika baru lahir. Contoh:

* Bila sakit diungkapkan dengan tangisan melengking keras diselingi rengekan dan rintihan.
* Bila merasa tak nyaman akibat kepanasan atau cari perhatian umumnya bayi mengeluarkan rengekan yang terputus-putus.
* Tangisan lapar terdengar keras dan panjang diselingi gerakan mengisap pada mulut mungilnya.

Di usia ini, selain menangis bayi berkomunikasi dengan menggumam bunyi vokal meski belum begitu jelas. Umumnya terdengar seperti bunyi “aaah” atau “oooh”.
Ada juga yang bergumam “uuuh” dan “eeeh”. Gumaman ini biasanya keluar saat bayi “mengutarakan” perasaan, seperti senang atau tak suka. Ketika gembira diajak bermain, gumaman yang keluar mungkin bernada panjang “aaah”.
Gumaman ini sebetulnya merupakan hasil tekanan pada otot-otot bicaranya.

Di usia 4 bulan, bayi mulai tertawa nyaring dan mampu mengeluarkan suara dari tenggorokan. Jadi, tak lagi hanya sebatas gumaman. Ia juga mulai mengekspresikan keterampilannya menunjukkan bahasa tubuh. Kendati bentuknya masih amat sederhana, seperti tersenyum saat memandang wajah orang yang dikenalnya, mengerutkan dahi ketika merasa tak nyaman, dan mulai memalingkan wajah ke arah sumber bunyi ketika dipanggil.

5-7 BULAN: KELUAR OCEHAN (babbling)

Di usia ini bayi mulai mengeluarkan suara ocehan pendek berupa suku kata (gabungan huruf mati dan huruf hidup), seperti “ba”, “da”. Ocehannya masih terbatas pada bunyi-bunyi eksplosif awal yang muncul karena adanya perubahan mekanisme suara.

Bayi amat senang dengan bentuk komunikasi berupa ocehan ini. Jika gembira bermain, bayi akan mengeluarkan ocehan yang lebih lama dan panjang. Ocehan ini kelak akan berkembang menjadi celoteh (memadukan berbagai suku kata) dan selanjutnya menjadi kata demi kata.

Di usia ini, bayi juga mulai belajar mengomunikasikan perasaannya tidak melulu lewat tangisan. Kalau ia tak suka, misalnya, ia mengeluarkan suara seperti melenguh. Sebaliknya, jika sedang merasa senang, ocehannya bertambah keras. Bahkan akan menjerit kesenangan meski belum dengan nada tinggi.

7-8 BULAN: OCEHAN MENINGKAT (babbling)

Ocehan bayi makin panjang, semisal “bababa” atau “dadada”. Kuantitasnya juga meningkat dengan cepat di antara bulan ke-6 sampai ke-8. Di tenggang waktu ini, orangtua diharapkan memberi stimulasi yang tepat dengan lebih sering mengajak bayi bercakap-cakap dalam intonasi naik turun dan ekspresif agar mudah ditangkap.

8-12 BULAN: KELUAR CELOTEHAN PANJANG (lalling)

Ocehan konsonan-vokal seperti “dadada”, “uh-uh-uh” dan “mamama” akan meningkat jadi celoteh yang maknanya dalam. Pertama, berceloteh adalah dasar bagi perkembangan berbicara. Kedua, celoteh adalah bagian dari komunikasi bayi dengan orang lain. Ini terlihat ketika ia mendapat respons terhadap celotehnya, bayi akan lebih giat berceloteh dibandingkan bila ia berceloteh sendirian. Ketiga, dengan berceloteh bayi merasa menjadi bagian dari kelompok sosial karena celotehnya ditanggapi. Ini akan membuat bayi mengembangkan rasa percaya dirinya yang kelak akan sangat menentukan kemandiriannya.

11-14 BULAN: KATA-KATA PERTAMANYA NYARIS LENGKAP (speaking)

Secara spesifik, bayi mampu mengucapkan satu patah kata yang berarti meskipun belum sempurna/lengkap, misalnya “ma” untuk mama, “pa” untuk papa, “num” untuk minum, dan “nen” untuk menetek. Di usia ini bayi juga sudah mampu melakukan tugas yang diminta seperti “lempar bolanya!” atau “ayo minum” sambil orangtua menunjuk benda yang dimaksud.

MEMBANTU BAYI BELAJAR BICARA

Kemampuan berbahasa yang baik akan muncul jika bayi rajin diajak bicara atau dilibatkan dalam aktivitas bersama.

Di usia 1 tahun, anak diharapkan sudah mampu mengucapkan 1-3 kata yang bermakna. Orangtua harus mulai waspada bila sampai usia 12 bulan, si kecil baru bisa mengoceh (babbling) atau malah baru mengeluarkan suara vokal “aaa” dan “uuu” yang tidak jelas artikulasinya. Jika hal ini terjadi, sangat dianjurkan meminta saran dokter atau psikolog. Biasanya mereka akan menunjuk seorang speech therapist (terapis wicara) untuk membantu orangtua memberikan stimulasi yang tepat.

Membantu bayi belajar bicara bisa dilakukan dengan cara seperti yang dijelaskan Lise Eliot, Ph.D. Beliau adalah penulis buku What’s Going on in There? How the Brain and Mind Develop in the First Five Years of Life (Bantam, 1999).

a. Sering mengajak bayi bicara

Jangan dulu membayangkan padatnya jadwal mendongeng, mengulang-ulang alfabet, atau membalik-balik “flash card” di hadapan si bayi, sebab ayah dan ibu hanya perlu mengajaknya ngobrol. Kapan ngobrol-nya? Sejak bayi lahir, sampaikan apa yang sedang Anda lihat, dengar, atau lakukan dengan kata-kata. Begitu pula, tanggapi selalu ajakan berkomunikasinya entah itu berupa tangisan, gumaman, ocehan, atau celotehan. Tujuan keduanya agar ia merasa dilibatkan.

Lewat percakapan yang “bodoh” sekalipun, kepekaan awal bayi untuk mendengar kata-kata akan meningkat. Misalnya, “Halo Sayang, tunggu sebentar ya, Ibu siapkan ASI untukmu.” Atau, ‘Lihat nih, Ayah baru pulang dari kantor. Wah, tas Ayah berat. Kamu mau bantu angkat, Sayang?” Mendengar percakapan akan membantu meningkatkan sensitivitas awal bayi pada kemampuan berbicara. Ia juga mulai belajar mengenali suara ayah-ibu berikut intonasi yang beragam.

b. Bermain bersama

Bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan. Bermain sekaligus juga mengajari bayi pentingnya membina hubungan sosial. Bukankah bermain mengajarinya mengenal aturan dan kebersamaan? Setiap kali Anda bermain dengannya, kenalkan aturan permainan dan jangan ragu untuk menyampaikannya. Ketika bermain cilukba, misalnya, terangkan, “Ibu akan menutup matamu ya. Kalau Ibu bilang ‘cilukba’, buka matamu ya.” Dengan mengulang-ulang secara rutin, bayi akan memahami aturan permainan. Pada akhirnya dia juga akan mengerti bahwa aturan bersama (social agreement) sering kali dijabarkan lewat kata-kata.

c. Tunjukkan rasa cinta

Dalam situasi penuh cinta, bayi akan mampu belajar banyak. Kenapa? Karena ekspresi cinta mendorong orangtua untuk bicara dan bertindak dengan cara yang menyenangkan juga membangkitkan antusiasme si kecil.
Penelitian yang dilakukan Eliot mengungkapkan, anak-anak yang cerdas bertutur dan memiliki banyak perbendaharaan kata umumnya punya orangtua yang sering mengajak mereka berdiskusi, bahkan sejak bayi.


















BAB III
KESIMPULAN
Selain menangis bayi berkomunikasi dengan menggumam bunyi vokal meski belum begitu jelas. Umumnya terdengar seperti bunyi “aaah” atau “oooh”.
Ada juga yang bergumam “uuuh” dan “eeeh”. Gumaman ini biasanya keluar saat bayi “mengutarakan” perasaan, seperti senang atau tak suka. Ketika gembira diajak bermain, gumaman yang keluar mungkin bernada panjang “aaah”.
Gumaman ini sebetulnya merupakan hasil tekanan pada otot-otot bicaranya.
Bila sakit diungkapkan dengan tangisan melengking keras diselingi rengekan dan rintihan.
Bila merasa tak nyaman akibat kepanasan atau cari perhatian umumnya bayi mengeluarkan rengekan yang terputus-putus.
Tangisan lapar terdengar keras dan panjang diselingi gerakan mengisap pada mulut mungilnya.

















DAFTAR PUSTAKA


Erwin.2009. Program Perkembangan Bicara Pada Bayi. Jakarta. http://erwin-   buahhati.blogspot.com/2009/03/tahapan-perkembangan-bicara-bayi.html
               13 November 2010
NN.2009. Pengetahuan Ibu Tentang Kemampuan Berbicara Pada Anak Usia 12 – 15 Bulan
http://www.liburanrame.co.cc/2010/09/pengetahuan-ibu-tentang-kemampuan.html
            13 November 2010

      


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BEAST - Kimi wa dou?

Arashi Biografi

New Dorama: Mioka