Pengertian Anak Cacat Tuna Grahita

Anak Cacat Definisi anak cacat menurut The committee of National Society for The Study of Education di AS, cacat adalah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari gerakan yang normal walaupun telah dikembangkan secara maksimal. Penyimpangan tersebut dapat dilihat dari segi fisik, mental, tingkah laku, emosional, dan sosial (Beltasar Tarigan 2000: 9). Sedangkan Aip Sjarifuddin (1980: 5) menerangkan bahwa yang dimaksud anak luar biasa adalah anak–anak yang mempunyai kelainan atau cacat, sehingga anak-anak tersebut tidak dapat bertindak secara wajar, baik mengenai fisik, maupun mengenai psikisnya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa cacat merupakan suatu kondisi kelainan yang dimiliki oleh seseorang baik sejak lahir maupun karena kecelakaan, baik fisik, mental, tingkah laku, emosional, dan sosial. Pengertian Anak Tuna Grahita Anak tuna grahita menurut Aip Sjarifuddin (1980: 2) adalah anak yang mempunyai keadaan tingkat inteligensinya rendah, seperti slow learner, debil, imbesil, dan idiot. Menurut Sajono (1988: 2) anak tuna grahita adalah seseorang yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan orang dewasa dan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Berdasarkan perkembangan psycometri dan tes inteligensi sebagian ahli menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan tuna grahita bila ia mempunyai taraf kecerdasan dibawah rata-rata (IQ nya di bawah 70). Tingkah laku anak tuna grahita bila berada di dalam lingkungan masyarakat normal, akan berlainan dengan anak-anak pada umumnya. Pada anak cacat mental terdapat beberapa sifat khusus yang harus diperhatikan agar tidak timbulinterprestasi yang salah terhadap mereka yang normal bila mereka bersikap lain dari masyarakat sekelilingnya. Sifat-sifat khusus yang mereka miliki itu diantaranya adalah: a. Tingkat intelegensinya sangat rendah b. Mereka tidak dapat mengadakan generalisasi c. Mereka tidak dapat menggunakan pengalamannya d. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru e. Mereka tidak mempunyai inisiatif tertentu, impulsif atau emosional f. Mereka mudah mendapat sugestif, tapi tidak dapat meramalkan hasilnya lebih dahulu. g. Mereka tidak mempunyai kecakapan untuk mengkritik. Insting yang timbul hanya sebentar, mudah hilang dengan demikian mereka harus selalu diawasi (Aip syarifudin 1979: 32-33). Kategori anak-anak tuna grahita menurut Aip Sjarifuddin (1980: 6-8) dibagi menjadi empat. 1. Idiot Idiot adalah anak-anak lemah ingatan yang IQ nya berada dibawah 20, yaitu suatu angka yang menunjukkan suatu derajat kelainan tingkah laku yang sangat rendah sekali dan sangat berat. Menurut kamus Poerwadarminta (Bahasa Inggris-Indonesia) idiot adalah anak-anak atau orang bodoh atau bertukar akal. Selain itu anak-anak idiot itu termasuk kepada golongan yang sangat sukar sekali untuk dilatih maupun dididik. Hal ini disebabkan karena mereka itu tidak mampu untuk mengadakan hubungan sosial dengan lingkungan hidupnya. Mereka tidak mampu menangkap apalagi untuk melakukan tugas yang diberikan. 2. Imbesil Imbesil adalah anak-anak yang IQ nya berada antara 20-60, kedaan ini adalah lebih baik dari tingkatan anak-anak yang berada dalam tingkatan idiot (anak yang bodoh atau tolol). Perkembangan bahasa mereka sangat terbatas dan percakapannya tidak jelas. Mereka tidak mampu mengadakan konsentrasi, inisiatifnya terbatas dan kemampuannya ada tetapi lemah. Mereka tidak mampu untuk mengambil suatu keputusan sendiri. Jadi mereka masih dapat dilatih dalam beberapa bentuk dan macam latihan yang berguna bagi dirinya dan secara terbatas pula mereka dapat menguasai untuk melakukan tugas-tugas yang sederhana. 10 3. Debil Debil adalah anak-anak yang keadaan IQ nya antara 60-80, sedangkan arti dari debil sendiri adalah kurang. Golongan anak debil ini lebih mudah untuk dilatih atau dididik, akan tetapi dengan cara yang lebih mudah dan praktis. Anak-anak penderita debil bila dilihat dari berbagai kemungkinan, mereka itu dapat mempertahankan hidupnya dalam situasi yang menguntungkan saja. Artinya mereka itu akan mampu mengurus dirinya sendiri jika telah mendapat pertolongan dan bimbingan terlebih dahulu dari orang lain. Anak-anak golongan debil perlu mendapatkan bimbingan dan pertolongan agar mereka dapat mengurus dirinya sendiri. 4. Lemah Ingatan Kelompok anak-anak lemah ingatan termasuk kelompok penderita tingkat intelegensi yang paling ringan dan hampir mendekati kepada anak-anak yang normal. Namun masih tampak dengan jelas perimbangan kemampuannya untuk melakukan sesuatu masih kurang, bila dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Mereka masih kurang untuk berinisiatif dan masih berpikir secara sederhana dalam menganalisa pengertian yang bersifat abstrak. Mengenai relasi sosial dengan alam sekitarnya cukup memuaskan. Bagi anak-anak lemah ingatan mempunyai kemungkinan besar untuk dapat dididik dan dilatih dengan mencapai suatu hasil yang diharapkan. Bahkan mereka itu kemungkinan besar dapat mengikuti pendidikan di sekolah dengan anak- anak yang normal meskipun cara menamatkan pelajarannya dengan waktu yang lebih lama.

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH5c63/c268b47d.dir/doc.pdf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BEAST - Kimi wa dou?

Arashi Biografi

New Dorama: Mioka