MERANGSANG KECERDASAN ANAK

Walaupun kecerdasan anak diturunkan dari orangtuanya, namun itu saja tidak cukup. Dari penelitian Dr. Bernard Devlin, seorang dokter dari Universitas Pittsburg, AS, faktor genetika memiliki porsi paling besar hingga 48 persen dalam membentuk kecerdasan anak. Selebihnya dipengaruhi gizi dan stimulasi. Tercukupinya gizi anak itu membuat berat badan, tinggi, serta lingkar kepala anak sesuai dengan usia anak. Stimulasi memegang peranan penting dalam mendongkrak kecerdasan anak. Sel-sel otak yang terbentuk akan semakin banyak jika selalu diberi stimulasi. Semakin banyak sel-sel otak dan saling terhubung semakin cerdas. Agar kecerdasan anak tumbuh dengan optimal, orangtua harus meluangkan waktu untuk bermain bersama anak sebagai sarana melakukan stimulasi. Stimulasi diberikan melalui lima penginderaan yang berguna sebagai modalitas pada anak. Kelima panca indera itu, yakni visual (mata), auditori (telinga), sentuhan (kulit), membaul (hidung), dan merasakan (lidah). Misalnya, dengan memberikan gambar-gambar, termasuk di buku atau pemandangan alam yang berbeda memberikan pengalaman visual kepada anak. Stimulasi lainnya, seperti permainan musik, mengenalkan kursi kayu dengan banyak ukiran, lidah untuk mengenalkan makanan dengan berbagai tekstur. Sedangkan bau juga perlu distimulasi, lewat bau-bau bunga-bungaan, rumput atau bau yang lain. “Dilakukan dengan bermain dan harus dilakukan setiap ada waktu. Semakin banyak waktu yang diluangkan anak akan mendapatkan stimulasi yang lebih banyak. Selain itu, tentu saja harus dengan suasana yang menyenangkan baik anaknya atau orangtuanya. Selain kelima sistem penginderaan itu, gerakan dan emosi memiliki peranan penting dalam perkembangan otak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan aktivitas belajar. Kegiatan bermain merupakan stimulasi yang tepat untuk belajar. Dalam bermain, anak tidak hanya melakukan gerakan-gerakan terkoordinasi dan melibatkan emosi. Hal itu penting dalam proses belajar agar anak kelak tumbuh menjadi cerdas. Agar hasilnya optimal, stimulasi dan kegiatan bermain itu perlu ada kesesuaian antara ragam aktivitas bermain dengan tahap kemampuan berpikir anak.

Warta Kota

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BEAST - Kimi wa dou?

Arashi Biografi

New Dorama: Mioka