BENTUK ANAK BERKARAKTER POSITIF

Bimbing anak melalui pola asih, asah dan asuh yang tepat Kata karakter sering kita dengar, terutama dalam menilai seseorang. Misalnya saat pemilihan seorang model. Juri mengatakan, cantik saja tidak cukup, tetapi harus berkarakter. Begitu juga saat pemilihan kepala daerah, calon yang kalah dianggap kurang berkarakter. Apa sih arti karakter itu? Apakah penting orang harus memiliki karakter, terutama karakter positif? Menurut pemerhati pendidikan Seto Mulyadi, karakter atau watak mengisyaratkan suatu norma tingkah laku tertentu, dimana seorang individu akan dinilai perbuatannya. Dengan kata lain karakter merupakan kepribadian yang dievaluasi secara normatif. Contohnya karakter seorang pemurah hati, penolong atau sebaliknya karakter seorang pencuri, koruptor dan lain-lain “Karakter inilah yang menentukan bagaimana bentuk konstribusi seorang individu baik terhadap perkembangan diri, keluarga, lingkungan, bangsa, dan bahkan kepada dunia serta alam semesta raya,” kata pria yang biasa disapa Kak Seto itu saat talkshow ‘Membentuk Anak Berkarakter Positif dengan Pola Asuh Tepat’ beberapa waktu lalu. Di dalam karakter itu terdapat potensi yang besar untuk mempengaruhi pola pikir, perasaan, dan tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai orangtua, tentu akan lebih membanggakan dan menyejukkan hati jika memiliki anak-anak yang tidak hanya cerdas dan sehat saja. Tetapi juga memiliki karakter positif sejak kecil. Itu ditandai si anak mempunyai banyak teman, sopan dan santun, teguh dalam mewujudkan impian, rendah hati dan penjunjung tinggi kejujuran. Untuk mendidik anak agar mempunyai karakter yang positif membutuhkan proses yang tidak sederhana. Proses itu merupakan proses dinamis yang melibatkan banyak pihak. ‘Meminjam istilah Hillary Rodham Clinton, it takes a village. Membutuhkan orang sekampung untuk mendidik seorang anak saja,” kata Kak Seto. Sebagai orang terdekat anak, peran orang tua memegang kunci sebagai pendidik pertama sekaligus pendidik utama bagi anak-anaknya. Anak membutuhkan keluarga dengan suasana kasih sayang, menjadi the school of love. Selain itu, kesanggupan orangtua untuk mau membangun komunikasi efektif sesuai paradigma baru dalam mendidik putra dan putrinya. Termasuk memahami hakekat anak, yakni anak bukan miniatur orang dewasa. Artinya anak memang bukanlah orang dewasa yang seolah ukuran badannya yang kecil. Anak tetaplah anak yang belum cukup memiliki kematangan dan masih banyak kekurangan serat kelemahan dibandingkan orang dewasa. Dunia anak adalah bermain. Dunia anak pada dasarnya adalah dunia yang menyenangkan. Bermain, mempunyai arti, suatu kegiatan yang menyenangkan tanpa paksaan, dan tanpa suatu target yang ketat atau pun kaku. Jadi proses pembelajaran pada anak, hendaknya dilakukan melalui aktivitas yang benar-benar diwarnai suasana kegembiraan. Anak memiliki kecenderungan untuk meniru. Apa yang dilakukan anak banyak yang merupakan hasil peniruan terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya. Berbagai perilaku anak, apakah itu baik atau buruk, seringkali diambil dari perilaku orang-orang disekitarnya. Selain itu, masing-masing anak memiliki keunikan yang berbeda. Maka tidak semestinya membandingkan seorang anak dengan anak yang lain. Termasuk membandingkan dengan saudara kandung atau saudara kembar sekali pun. Anak berkembang secara bertahap.

Warta Kota

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BEAST - Kimi wa dou?

Arashi Biografi

New Dorama: Mioka