Makalah Psikologi dan Teknologi Internet
MAKALAH MOTIVATOR WIRAUSAHA PENJUAL ES
Psikologi dan Teknologi
Internet
Disusun
Oleh :
Indah
Kusuma Dewi (10509055)
2 PA 05
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan Makalah Psikologi dan Teknologi Internet. Tema yang kami pilih adalah “Kisah Pedagang Es Jadi Pebisnis Sukses”.
.Adapun tujuan kami menulis karangan
ini adalah untuk menjadikan motivasi dalam berwirausaha. Kami harap tulisan ini
bermanfaat dan dapat menambah informasi.
Kami ingin mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman dan pihak – pihak yang telah membantu menyusun karangan ini.
Walaupun sebenarnya selama dalam pembuatan karangan ini kami mengalami banyak
hambatan, seperti susahnya mencari objek untuk di jadikan motivator dan
sebagainya.
Kami menyadari bahwa karangan ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ini. Akhir kata
kami ucapkan semoga karangan ini dapat bermanfaat.
Depok,
8 November 2010
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar………………………………………………………......i
Daftar
Isi..............................................................................................ii
Bab I Pendahuluan……........................................................................1
Bab II Pembahasan…….......................................................................2
1.1 Sejarah
Wirausaha Pak Hisyam…………………………........2
1.2 Pendapat
Orang Tentang Hisyam………………………….....6
Bab III Kesimpulan…...........................................................................7
2.1 Motivasi………………………………………………..........7
Daftar
Pustaka……………………………………………………..........8
Lampiran..............................................................................................9
ii
Bab I
Pendahuluan
Motivasi adalah sebuah
alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak
sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa
datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua
motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya
motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang
dari luar diri kita. Sementara meotivasi dari dalam ialah motivasinya muncul
dari inisiatif diri kita.
Pada dasarnya motivasi itu hanya dua,
yaitu untuk meraih kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan.
Uang bisa menjadi motivasi kenikmatan maupun motivasi menghindari rasa sakit.
Jika kita memikirkan uang supaya kita tidak hidup sengsara, maka disini alasan
seseorang mencari uang untuk menghindari rasa sakit. Sebaliknya ada orang yang
mengejar uang karena ingin menikmati hidup, maka uang sebagai alasan seseorang
untuk meraih kenikmatan.
Wirausahawan
adalah seorang katalisator. Mereka adalah orang-orang yang melakukan tindakan
sehingga suatu gagasan bisa terwujud menjadi suatu kenyataan. Mereka
menggunakan kreativitasnya untuk senantiasa melakukan pengembangan yang
bersinambungan. Wirausahawan didefinisikan oleh David E. Rye (1996: 3-4)
sebagai seorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha dan pengembangan
baru, memperluas dan memberdayakan suatu perusahaan/organisasi, untuk
memproduksi produk baru atau menawarkan jasa baru kepada pelanggan baru dalam
suatu pasar yang baru.
Dalam
bahasa Joseph Schumpeter, wirausahawan didefinisikan sebagai orang yang
memperbaiki orde ekonomi yang sudah ada dengan memperkenalkan produk (barang
dan jasa) baru, dengan menciptakan organisasi baru, atau dengan mengeksploitasi
bahan baku baru (Bygrave, 1996: 1). Definisi lain tentang wirausahawan yang
dipresentasikan oleh William D. Bygrave adalah orang yang memperoleh peluang
dan menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang itu (Bygrave, 1996: 2).
Karakteristik
yang dimiliki oleh seorang wirausaha memenuhi syarat-syarat keunggulan bersaing
bagi suatu perusahaan/organisasi, seperti inovatif, kreatif, adaptif, dinamik,
kemampuan berintegrasi, kemampuan mengambil risiko atas keputusan yang dibuat,
integritas, daya-juang, dan kode etik niscaya mewujudkan efektivitas
perusahaan/organisasi. Dengan demikian,
seorang wirausahawan mengetahui berbagai fungsi yang terkait dalam mengelola
suatu perusahaan/organisasi, seperti fungsi manajemen, keuangan, pemasaran,
produksi, operasi, sumberdaya manusia, organisasi dan kelembagaan. Wirausahawan
adalah seorang yang berorientasi prestasi dan meyakini bahwa mereka menguasai
kemampuan sendiri.
1
Bab II
Pembahasan
1.1 Sejarah Wirausaha Pak Hisyam
Berbagai pekerjaan kasar pernah dilakoninya, dari
kuli angkut, supir angkot hingga tukang es. Berkat kemauannya belajar, pria
berdarah Arab-Betawi ini mampu menjadi pengusaha sukses. Setelah melewati
krismon, bisnisnya pun terus beranak-pinak.
Kenangan
berdagang es sekoteng pada 1980 di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, tak akan
pernah dilupakan Hisyam Said Bawahab. Karena, itulah detik-detik awal perubahan
drastis dirinya dari orang kecil menjadi pebisnis sukses seperti sekarang. Saat
itu pria keturunan Arab-Betawi ini berkenalan dengan salah seorang pembeli es
sekotengnya yang ternyata pemilik UI Metal Work (UMW), Umawar. Waktu itu dia
baru pulang dari Inggris. Mereka
menawarkan kepada saya untuk ikut dia kerja di perusahaan yang akan dibuatnya
di bidang metal works, ujar Hisyam dengan logat Betawi yang kental.
Pria
kelahiran 15 April 1954 ini mengaku saat itu ia tidak mengerti apa itu metal
works. Metal itu besi. Works itu bekerja. “Lalu kalau
digabung, besinya diapain?” katanya mengingat pertanyaan lugunya 30
tahun silam. Namun, ia pikir saat itu tak ada salahnya mencoba. Ia pun menerima
tawaran sebagai staf pemasaran. Dua tahun kemudian UMW mulai mengkhususkan diri
pada pembuatan perangkat dapur (kitchen equipment). Potensi bisnis ini
besar karena saat itu belum banyak pemainnya. Hampir semua pengadaan barang
untuk kategori ini di berbagai hotel dan perusahaan mengandalkan impor. Dengan
keleluasaan seperti itu, UMW cukup berjaya saat itu. Di sinilah Hisyam banyak
belajar tentang bisnis. Tahun pertama, banyak proses kerja yang perlu
disesuaikan. Mesin bubut saya berdiameter 60 cm. Setelah sampai ke lokasi,
ternyata yang harus dibubut berdiameter 1 meter. Saya harus balik lagi ke
kantor, kata pria berusia 56 tahun ini sambil mengingat kerja kerasnya saat
itu.
Setahun
kemudian, pertumbuhan bisnis UMW turun. Pada momentum inilah Hisyam memilih
merintis bisnis sendiri: memproduksi perangkat dapur dengan dibantu tiga
karyawan. Hanya setahun berjalan, usaha ini kandas. Supaya dapurnya tetap
mengepul, sulung dari 9 bersaudara ini kembali berjualan es. Ketika sedang
duduk menanti pembeli es cendolnya di daerah Matraman, Jakarta Pusat, Hisyam
ditawari seorang kawan baiknya untuk memakai gedung miliknya. “gunakan saja gedung ku kosong kok. Nanti kalau sudah mempunyai uang,
baru membayar,” ujar kawannya itu. Di gedung inilah ia menjalankan roda
bisnisnya yang sempat terhenti, dan kembali diawali dengan tiga karyawan. Kali
ini ia bertekad lebih serius. Pada 1985, secara resmi PT Hatindo Metal Utama
berdiri — Hatindo adalah singkatan Hati Indonesia. Produk-produk yang
dihasilkannya: meja, tempat cuci piring, pemanas, pendingin, exhaust van
dan kompor. Di samping memproduksi, ia juga mengimpor produk lain seperti oven,
mixer, steamer dan rice cooker besar yang kualitasnya lebih
bagus.
Diakui
Hisyam, awalnya ia tidak tahu persis seluk-beluk produksi dan pengadaan
peralatan dapur. Namun, ia tak menolak order. Setelah order masuk, barulah ia
pelajari struktur perangkat tersebut. Caranya, ia tak segan-segan membongkar
barang impor (pendingin, misalnya) untuk mengetahui komponen di dalamnya. Dari
sini, ia lalu membuat pendingin versi lokal. Uniknya, kliennya tak keberatan,
sehingga Hisyam pun kerap meminta klien membeli perangkat impor yang mereka
inginkan, lalu Hatindo akan menirunya.
Sedikit
demi sedikit hasil dari bisnis ini ia kumpulkan. Selanjutnya, sebagian dana
tersebut digunakan untuk membeli tanah dan membangun pabrik di Ciputat, Jakarta
Selatan, seluas 1.000 m2. Sebagian lainnya ia gunakan untuk membeli mesin bekas
dan bahan baku yang didapatnya dari kawasan Kota, Jakarta Barat. Seiring dengan
pertumbuhan bisnisnya, karyawan pun bertambah. Pelanggannya tersebar di
mana-mana, bahkan sampai luar Jawa. Rahasianya hanya satu. dapat membuktikan memiliki
produk yang tidak kalah bagus kualitasnya dari produk luar negeri. Selanjutnya,
harus mau letih dan berkerja keras, ungkapnya sembari menambahkan, saat itu ia
kian sering mengikuti berbagai pameran baik di dalam maupun di luar negeri.
Melihat perkembangan usahanya yang pesat, Bank BNI menawarinya kredit. Saat itu
ia pun mengambil Kredit Usaha Kecil BNI sebesar Rp 50 juta. Hisyam tidak
membutuhkan waktu lama untuk melunasinya. hanya setahun.
Lama-kelamaan,
bisnis ini mulai banyak diminati orang. Namun, Hatindo tak goyah. Perusahaan
ini tetap melanjutkan pelayanan 24 jam terhadap konsumen. ”jika menjelang sore
karyawan pulang, saya meletakkan dua karyawan untuk menjaga, takutnya ada
telepon klien masuk,” kata Hisyam. Kelebihan lain, Hatindo selalu percaya diri
terhadap semua permintaan. Pantang bagi Hatindo menolak. Bagi Hisyam, tak ada
yang tidak mungkin. Sesulit apa pun permintaan klien, selalu ada jalan
keluarnya. Ia menekankan pada anak buahnya untuk secepat mungkin mengeksekusi
permintaan klien. Penawaran tidak boleh lama. “Orang menelepon sekarang, hari ini
juga harus sampai ke klien”, ujarnya tandas. Penawaran di sini biasanya
menyertakan gambar, perhitungan, spesifikasi, dan lain-lain yang terkait dengan
order. Tidak ada kata besok. Lama pembuatan barang sekitar 1-3 bulan. Saya planning
pakai kapal laut pengiriman barang impor. Tapi saya lihat outlet-nya
sudah mau buka. Maka, saya ubah naik air plane, papar Hisyam
mencontohkan salah satu cara kerjanya.
Prinsipnya:
kibarkan bendera dahulu. Nanti jika bendera sudah berkibar, kerugian (uang)
yang sebelumnya bisa kembali. Baginya, keuntungan merupakam hal nomor dua
setelah pelayanan. Sampai-sampai jika saya datang ke klien, saya bilang, “aku
datang ke sini bukan mencari order. melainkan
mencari kamu,” kata Hisyam. Rupanya cara tersebut cukup jitu untuk mengambil
hati calon klien. Menurutnya, hal terpenting pertama adalah klien mau memakai
jasanya. Jika jumlah klien sudah banyak, untuk mencari klien baru ia hanya
berkata, “Masak dia tidak mau
pakai jasa kita? “
Pendekatan
ini cukup berhasil. Saat itu, hampir bisa dipastikan, kalangan restoran besar,
perusahaan multinasional dan hotel berbintang lima (pada 1980-an dan 1990-an),
menggunakan jasa Hisyam. Sebutlah, Hotel Hilton dan resto Ponderosa di Widjojo
Center. Okupansi hotel sangat tinggi. Mereka sudah tidak memikirkan harga. Yang
terpenting, siapa yang bisa cepat, dia yang dapat order, ujar ayah tiga anak
ini. Bahkan, Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, pernah menjadi kliennya. Ia
punya istilah yang unik untuk usahanya. Kepusingan orang kami mengambil, kami menjadikan uang. “Kalau \di pusingkan lagi lagi, orang malah
lari,” ungkapnya. Dan, ia menyebut manajemen usahanya sebagai gaya manajemen
jalanan.
Pada 1985,
ia berkenalan dengan Ron Muller, yang ketika itu merupakan pemegang master franchise
Pizza Hut (PH) di Indonesia. Ron ternyata memercayakan pengadaan alat-alat
dapurnya pada Hatindo. Ekspansi PH di Indonesia sangat cepat. Hanya dibutuhkan
waktu empat tahun untuk membuka 75 gerai. Hatindolah yang ketiban rezeki
mengerjakan perangkat dan instalasi dapur untuk 75 gerai PH saat itu. Hisyam
mengaku, omset terbesar sampai sebelum 1995 berasal dari order PH. Malah, ia
dipercaya memproduksi boks pengantar PH (ditempelkan di motor petugas). Dalam
sebulan, Hatindo memproduksi ratusan ribu boks. Derasnya order dari PH
membuatnya harus menyewa pabrik di Pulogadung, Jakarta Timur. Sepanjang malam,
Hisyam tiada henti memperhatikan kelangsungan proses kerja di pabrik. Dari
order boks pengantar piza saja, ia bisa meraih keuntungan Rp 30 juta/bulan —
angka yang cukup besar kala itu. Selama sepuluh tahun ia mendapatkan order dari
PH untuk produksi boks pengantar pizza. Nekuk uangnya aja di
dompet ampe susah, ujar Hisyam berkelakar. Bisa dikatakan, periode
1985-95 merupakan masa jaya Hatindo. Saat itu jumlah karyawannya mencapai 250
orang.
Hisyam
mengakui bisnis yang dijalaninya saat itu sangat menggiurkan. Gambarannya,
harga ditentukan dari seberapa tinggi tingkat kesulitan dan harga barang yang
diimpor. Seperangkat dapur untuk resto nilainya bisa mencapai Rp 300
juta/gerai. Marginnya 80%-100% per order. Ada tiga unsur perhitungan
keuntungan: material, proses dan profit — perbandingannya sama. Dengan margin
yang cukup besar itu, akhirnya ia berhasil menyelesaikan pembangunan pabrik
barunya di Ciputat.
Sampai
kemudian pada 1998 datanglah bencana itu, krisis moneter. Mayoritas klien
lamanya tidak lagi berekspansi, bahkan banyak di antaranya yang menutup gerai.
Alhasil, omset Hatindo merosot drastis. Sejak krismon, kami susah. Modal yang
dibutuhkan besar, tapi untungnya tipis, ungkap Hisyam. Boleh jadi, itu karena
nilai tukar rupiah yang anjlok drastis akibat krismon dan mahalnya bahan baku.
Bahkan, kini ia tidak bekerja sama lagi dengan PH. Untunglah, ia masih bisa
mendapat klien baru, di antaranya resto Dairy Queen, resto sandwich Cali
Deli dan pabrik sepatu.
Tahun
2000, pelan-pelan bisnis Hatindo mulai merangkak naik. Dan, pada 2001 ia
memutuskan mulai mencoba bisnis lain. Setelah hanya menjadi pemasok perangkat
dapur untuk resto piza, ia beralih menjadi pemilik resto sejenis, yang memakai
merek Papa Ron’s Pizza. Gerai pertamanya ada di Warung Buncit. Gerai ini juga
merupakan gerai Papa Ron’s pertama di Indonesia. Ia membeli lisensi franchise
dari Ron Muller, pendirinya. Sukses dengan gerai pertama, Hisyam membuka gerai
kedua dan ketiga di Permata Hijau, Jakarta Selatan, dan Depok. Hubungan baiknya
dengan Ron Muller, yang diawali di Pizza Hut, masih terjalin sampai sekarang.
Diungkapkan
Hisyam, modal pembangunan satu gerai Papa Ron’s tergolong besar. Khusus
interior dan dapur memakan dana Rp 1,5 miliar. Ini belum termasuk modal tanah
dan bangunan. Alhasil, nilai investasinya minimal Rp 5 miliar per gerai. Setiap
gerai mempunyai perbedaan dalam periode kembali modal. Namun, ada beberapa
gerai yang mampu meraih breakeven point dalam waktu lima tahun. Satu
gerai membutuhkan 25-35 karyawan.
Properti
merupakan bisnis Hisyam selanjutnya. Lebih dari lima gedung di sepanjang jalan
Warung Buncit merupakan properti yang dibangunnya. Sebenarnya, pada 1994 ia
sudah merintis bisnis ini. Saat itu ia mencoba peruntungan pertama dengan
membeli tanah dan membangun perumahan Pesona Agung (23 unit rumah) di Depok,
seluas 2 ha. Pada 1996 semua rumah tersebut terjual. Satu rumah disisakannya
sebagai rumah pribadinya. Margin yang diambilnya 50%-60%. Ini berbeda dari tren
industri properti sekarang di mana margin yang diperoleh hanya 30%. Sekarang
daya belinya lemah. Jadi, kami tidak bisa menahan lama.
Hisyam mengakui bisnis properti yang
dijalaninya tidak berbadan hukum. Kegiatan bisnis ini
bersifat perorangan. Polanya adalah
dengan membeli tanah di berbagai kawasan. Setelah dibangun untuk kepentingan
ruko, gedung perkantoran atau perumahan, ia pun akan menjualnya.
Pelan
tetapi pasti, proyek propertinya bertambah. Ia mencermati, tak ada rumah mewah
yang tak laku. Alhasil, ia membangun 22 rumah di Sektor 9 Bintaro, dilanjutkan
dengan membangun perumahan Pesona Eksklusif. Ia juga membangun 35 rumah serupa
di kawasan pinggiran Jakarta seperti Ciputat, Supratman, Pondokrangon dan Jatimakmur.
Beberapa di antaranya sedang dalam pembangunan. Prinsipnya, setiap ia
menyelesaikan satu proyek pembangunan, walaupun belum terjual, tenaga kerja
akan dialihkan untuk mengerjakan proyek pembangunan selanjutnya. Sayang bila
ada tenaga tidak dimanfaatkan, ujar mantan anggota Dewan Pakar Partai Keadilan
Sejahtera ini.
Selain
sukses dengan bisnis perumahan, Hisyam membangun beberapa gedung di sepanjang
Jalan Warung Buncit: Menara Takaful (gedung pertamanya), Menara Kospin, Ranch
Market, dan beberapa ruko lain. Ia sengaja mengambil kawasan Warung Buncit.
Alasannya, Daerahnya manis, kata Hisyam seraya menerangkan, daerah manis
artinya cepat terjual. Padahal, diakuinya, harga tanah di wilayah ini tergolong
mahal, kini mencapai Rp 10 juta/m2. Ada beberapa gedung miliknya yang laku
terjual seharga Rp 20-an miliar di kawasan itu.
Tak hanya
properti yang memikat Hisyam. Diam-diam ia merintis bisnis distributor
pendingin dari Taiwan. Untuk itu, ia mendirikan anak usaha dengan nama PT Kota
Jaya. Begitu produk Cina masuk dengan harga lebih murah, pendingin kami kalah
harga, ujarnya. Sekarang Kota Jaya yang secara operasional ditangani anak
pertama Hisyam juga membuat perangkat dapur berbahan dasar stainless steel.
Saat ini bisnis Hisyam beragam. Ia
tak hanya berbisnis perangkat dapur, properti dan alat pendingin, tetapi juga
alat kesehatan, biro perjalanan dan agensi periklanan. Akan tetapi, di
bisnis-bisnis yang dirintis saudaranya itu, ia hanya menaruh kepemilikan saham,
masing-masing sekitar 25%.
Bagi
Hisyam, memulai bisnis tak perlu berpikir lama. Hanya ada satu pertimbangan
utama. bisnis ini mempunyai potensi berkembang ataukah tidak. Selanjutnya, ia
akan mengeksekusi rencana itu. Bisnis itu berbuat. “Bukan berbicara. Tidak terdapat kata nanti buat saya. Waktu saya muda, setahun
ini bisa membuat berapa proyek. Jalan semua.” ujarnya bangga.
Tahun ini
Hisyam berencana membuka bisnis baru yang berkaitan dengan kartu belanja dan
televisi kabel. Dikatakannya, setelah melintasi berbagai industri bisnis, ia
banyak mendapat pelajaran berharga untuk tetap menjaga kelangsungan usaha. “Kalau
buka itu gampang, maintain-nya
yang sulit,” katanya. Ia berkeyakinan, berbisnis apa pun, selama masih ada
kemauan dan kerja keras, pasti bisa dibangun.
1.2 Pendapat Orang Tentang Hisyam
Menurut Noragraito,
Manajer Operasional PT Entertainment International Tbk. — perusahaan yang
menaungi merek Papa Ron’s, salah satu sifat Hisyam yang menonjol adalah
keterbukaan. Di setiap bisnisnya, Hisyam terbuka dalam membahas soal modal dan keuntungan. Ia ingin karyawannya pun
merasa memiliki perusahaan tersebut, kata lelaki 58 tahun itu. Hisyam juga tak
pelit berbagi ilmu. Jika ada karyawannya yang merasa kesulitan mengerjakan
tugas, Hisyam tak segan-segan memberitahu strategi pentingnya. Dia selalu
bilang, ‘Ini sawah kalian. Kalau kalian serius menggarapnya, hasilnya pasti
bagus dan kembali untuk kalian’, kata Noragraito menirukan perkataan Hisyam.
Menurutnya, sifat itu terkadang menjadi bumerang bagi Hisyam. Banyak anak
buahnya yang keluar karena mempunyai bekal tentang strategi berbisnis di
industri yang sama.
“Karakter Hisyam lainnya yang
menonjol adalah kepeduliannya pada anak buah. Tidak melihat dari level. Asal
karyawannya berprestasi dan ada keuntungan lebih, dalam setahun pasti ada saja karyawannya
yang dibiayai naik haji,” ujar pria yang sudah 23 tahun mengenal Hisyam itu.
6
|
Bab III
Kesimpulan
2.1 Motivasi
Dari segi motivator, Hisyam
Said Bawahab adalah contoh baik untuk memotivasi kita dapat sukses seperti Pak Hisyam.
Yang patut di contoh. Terbukti dari perjuangan kerasnya yang pantang menyerah
dapat membuahkan hasil. Berawal dari berkeliling menjual es cendol, dan bertemu
dengan pembeli yang kebetulan adalah pemilik UI Metal Work (UMW), dari
pertemuan itu lah kisah sukses Hisyam berawal. Dari memproduksi perangkat dapur,
Properti, distributor pendingin dari Taiwan, kartu belanja dan televisi kabel. Prinsip
yang selalu ia pegang adalah : kibarkan bendera dahulu. Nanti jika bendera
sudah berkibar, kerugian (uang) yang sebelumnya bisa kembali. Baginya,
keuntungan merupakam hal nomor dua setelah pelayanan. Hisyam juga tak pelit
berbagi ilmu. Bagi Hisyam, memulai bisnis tak perlu berpikir lama. Hanya ada
satu pertimbangan utama. bisnis ini mempunyai potensi berkembang ataukah tidak.
Selanjutnya, ia akan mengeksekusi rencana itu. Bisnis itu berbuat. “Bukan berbicara. Tidak terdapat kata nanti buat saya. Jika ada karyawannya
yang merasa kesulitan mengerjakan tugas, Hisyam tak segan-segan memberitahu
strategi pentingnya. Perumpamaan yang selalu di lontarkan Hisyam kepada
karyawannya adalah Ini sawah kalian. Kalau kalian serius menggarapnya, hasilnya
pasti bagus dan kembali untuk kalian”. Dan Karakter Hisyam lainnya yang
menonjol adalah kepeduliannya pada karyawannya. Tidak melihat dari level.
Asal karyawannya berprestasi dan ada keuntungan lebih, dalam setahun pasti ada
saja karyawannya yang dibiayai naik haji. sifatnya yang penyabar, ramah (mau berbagi
ilmu berbisnis sukses kepada karyawannya) dan tidak gampang menyerah perlu
kita contoh karena dapat
membawa kita ke jenjang kesuksesan. Seperti yang di alami Hasyim saat
ini.
7
DAFTAR PUSTAKA
Manopol, Yuyun. 2010. Kisah Pedagang Es Jadi Pebisnis Sukses. Jakarta. http://swa. co.id/2010/04/kisah-pedagang-es-jadi-pebisnis-sukses/.15April 2010.
Hasna, Abi. 2009. Devinisi Motivasi. Jakarta.http://www.squidoo.com/definisi-motivasi. 8 November 2010.
Pakpahan, Hombar. 2010. Pengertian
Wirausahawan. Jakarta. http://uangpanasuanggr atis.blogspot.com/2009/09/pengertian-wirausahawan.html.
8 November 2010.
8
LAMPIRAN
Maaf Bu dosen pas saya masukan ke blog jadinya ngacak. Indah Kusuma Dewi (10509055) 2PA05
BalasHapus